TEMPO.CO, Jakarta - Staf khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Yustinus Prastowo kembali menjelaskan posisi utang Indonesia. Sampai hari ini, kata Prastowo, proyeksi rasio utang publik maupun penambahan utang Indonesia termasuk yang paling rendah dibandingkan dengan negara lainnya.
"Ini sekaligus mengklarifikasi banyak tuduhan seolah-olah kita ini tukang utang dan utang kita sudah tidak aman," kata Prastowo dalam webinar Kantor Staf Presiden (KSP) di Jakarta, Selasa, 23 Februari 2021.
Selama ini, isu utang memang menjadi bahan kritik utama ke pemerintah Jokowi. Salah satu misalnya datang dari eks staf khusus Menteri ESDM Said Didu pada September 2020. "Perlu diwaspadai adanya mafia utang yg menjebak NKRI karena selain jumlah yang makin besar, juga bunga makin tinggi - bunga jauh lebih tinggi dari bunga utang negara lain," kata dia.
Sehingga dalam acara ini, Prastowo kemudian menampilkan lagi beberapa data mengenai utang Indonesia, berikut di antaranya:
1. Proyeksi IMF
Prastowo mengutip laporan International Monetary Fund (IMF) soal posisi utang Indonesia dan beberapa negara. Data ini menunjukkan kenaikan utang dari rata-rata 2015-2019 ke 2020.
Dari data tersebut, utang Indonesia pada mencapai 38,7 persen dari PDB pada 2020. Ini meningkat 8 persen dibandingkan rata-rata 2015-2019 yang hanya 30,5 persen.
Posisi ini lebih rendah dari beberapa negara berpenduduk besar di dunia. Mulai dari India dengan rasio utang 89,3 persen PDB (kenaikan 17 persen), Cina 61,7 persen PDB (kenaikan 9,1 persen), hingga Amerika Serikat 131,2 persen PDB (kenaikan 22,5 persen).